Mitos Museum Fatahillah
Rabu, 19 Mei 2010
Camera SLR pro full frame berkategori mark II, lensa zoom, fix maupun wide high quality menjadi pegangan nya untuk mengisi catalog photo2 nya, pegunungan alpen, deretan gondola di Venice, Emirates stadium London, Forbidden city, walk of Fame sampai pelabuhan di afrika selatan menjadi mock up dari halaman utama website nya.
Sambil men-colok-kan kabel data dari sebuah camera lama SLR 6 mega pixelnya, Nina kawan saya juga lagi meng upload hasil photo nya di istana bogor ke dalam blog pribadi nya, yang banyak meng capture peninggalan2 bangunan di kota tua, museum2 dan kehidupan urban di Jakarta. Sementara di ‘other window’ internet explorer computer nya, lagi mengagumi photo deretan bangunan2 di atas air, ragam gondola dan artifak bangunan tua di kota Venice, rasa nya udah seperti melanglang buana hanya dengan melihat photo2 nya, 1 jam kami asik melihat satu persatu gambar bangunan bersejarah dunia sampai akhir nya masuk ke halaman yang berisi photo2 di Istana Bogor sama seperti yang Nina lagi upload. Object2nya, kemana camera diarahkan, semua sama, cuma hasil nya aja yg beda karena Nina hanya menggunakan camera SLR 6 mega pixel peninggalan ayah nya yg pensiunan guru seni rupa. Photo2 di Istana Bogor ini adalah kali ketiga mereka jalan dan hunting photo bersama setelah museum Fatahillah dan gedung Candranaya, berikut nya udah janjian mau ke asia afrika bandung. Wah…Nina bisa mengajak nya untuk lebih banyak mencari object di negeri sendiri
Satu lagi pasangan yg walau ada celah lebar dalam strata ekonominya bisa dipertemukan dalam komunitas pencinta photography, ya mereka bertemu pertama kali di museum Fatahillah, Apabila pertemuan mereka terus berlanjut, menurut saya, sekali lagi penegasan atas mitos Museum Fatahillah, apa sih “mitos” nya ?
0 komentar:
Posting Komentar